get your own embeddable forum with Talki

Selasa, 03 Januari 2012

DETEKSI DINI KANKER

deteksi-dini-kankerBagi sejumlah besar orang, pentingnya pemeriksaan kesehatan belum disadari sepenuhnya. Seringkali, penderita suatu penyakit baru datang ke rumah sakit setelah merasa bahwa kehidupannya terancam.
Pada saat itu, dokter seringkali memberikan vonis bahwa kondisi pasien sudah berada dalam tingkat yang parah. Alhasil, selain biaya pengobatan yang mahal, angka harapan hidup pasien menurun dan jika dapat sembuh sekalipun, kualitas hidup pasien tentu tidak akan pulih seperti semula.
Pentingnya melakukan pemeriksaan dan deteksi dini terlihat jelas pada kasus kanker. Seringkali, penyebab terlambatnya penderita mencari pertolongan medis, disebabkan oleh sifat kanker yang tidak menimbulkan gejala pada stadium awal.
Penderita kanker umumnya baru sadar dan datang ke dokter ketika penyakitnya sudah berada dalam stadium lanjut, sedangkan pada tahap tersebut, kanker sukar atau tidak dapat disembuhkan lagi.
Kepala Humas RS Kanker Dharmais, Bambang Purwanto, dalam acara Penyuluhan Kanker untuk Masyarakat Umum di Jakarta (13/10/2010) menyatakan bahwa jika deteksi dini dilakukan sejak awal, 70% pasien penderita kanker dapat disembuhkan secara total. Makin dini kanker itu dapat ditemukan dan diobati makin baik prognosisnya (harapan kesembuhannya).
Ya, deteksi dini suatu penyakit perlu dilakukan karena merupakan kunci keberhasilan pengobatan yang efektif. Sekarang, mari kita lihat apakah yang dimaksud dengan deteksi dini? Bagaimana deteksi dini kanker dapat dilakukan? Apa tujuannya, dan mengapa itu penting?

Deteksi Dini Kanker - Bagaimana Dilakukan?

Deteksi dini ialah usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan pada tubuh yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan metode atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk mengetahui kondisi tubuh seseorang. Pada kanker, deteksi dini dikenal dengan istilah skrining (Screening) dan digunakan untuk mendeteksi kanker yang spesifik, dan bisa terdiri atas prosedur tunggal atau kombinasi dari berbagai tes. Contoh tes skrining adalah sebagai berikut:
  1. Pemeriksaan Klinis (pemeriksaan fisik).
    Pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dimana seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis yang akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah biasanya akan selalu dilakukan pertama kali.
  2. Sitologi (Pemeriksaan Sel).
    Pemeriksaan sitologi adalah jenis pemeriksaan yang mengamati perubahan sel akibat penyakit terhadap tubuh dengan cara memeriksa sampel sel yang terlepas secara alamiah (eksfoliasi) atau dilepaskan dari tubuh (Seperti pada kulit, bronkus, lambung, uterus, serviks) dengan cara hapusan, gosokan, kerokan, dan sebagainya.
  3. Tes biokimia atau Imunologi.
    Beberapa jenis kanker menghasilkan protein, enzim, metabolit, antibodi, dan sebagainya, yang merupakan pertanda (marker) adanya kanker yang dapat dideteksi dalam darah atau kencing, seperti:
    1. Alfa Feto Protein (AFP).
    2. Carcino Embryonic Antigen (CEA).
    3. Human Chrorionic Gonadotropin (HCG).
    4. CA 125.
  4. Pemeriksaan Radiografi.
    Beberapa lesi yang terdapat dalam tubuh dapat dengan mudah dilihat pada foto rontgen, X-ray, mamografi, CT Scan, dan MRI.
Orang yang perlu di skrining tidak hanya orang yang disertai gejala. Skrining juga harus dilakukan pada orang-orang yang asimtomatis (tidak disertai gejala) terutama bagi orang yang mempunyai resiko tinggi mengidap kanker akibat riwayat kanker pada keluarga. Setelah dilakukan skrining, upaya selanjutnya yang harus dilakukan adalah pemeriksaan lanjutan. Mengapa? karena dalam proses deteksi dini seperti skrining masih ada kemungkinan ketidakakuratan walaupun persentasenya kecil. 
Sebagai contoh, deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode papsmear sebaiknya dilanjutkan dengan kolposkopi dan biopsi, sehingga keakuratan dapat benar-benar tercapai. Yang perlu diingat, tes skrining bukanlah diagnosis. Orang dengan hasil positif atau dicurigai harus dirujuk pada dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang diperlukan.

0 komentar:

Posting Komentar